Biography
Dilahirkan di Yogyakarta, 19 Juli 1964. Sebagai bungsu keluarga Bagong Kussudiarjo, jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI ini, memang tumbuh dalam atmosfir kesenian. Sejak umur 6 tahun ia terkondisi untuk aktif menari di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiarjo, dan berkelanjutan hingga Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, sebagai cantrik dan kemudian pernah menjadi pembina disitu.
Tahun 1972, bapak dua anak yang sering menggarap illustrasi musik sinetron dan bikin jingle iklan ini, mulai secara serius mempelajari musik tradisional (gamelan), khususnya menabuh kendhang. Lalu ia tumbuh dalam atmosfir budaya Yogyakarta, dan melakukan pengembaraan kreatif di berbagai kelompok kesenian. Antara lain, ikut mendirikan kelompok RHEZE yang tahun 1978 pernah dinobatkan sebagai juara 1 Musik Humor Tingkat Nasional, mendirikan kelompok Musik kreatif WATHATHITHA dan sempat mementaskan repertoar Unen-Unen di Yogyakarta (1980-1983).
Sejak 1985 bergabung di Teater Gandrik, dan bersama Novi Budianto bertugas sebagai penata musik sejumlah repertoar Gandrik, mulai 1980 s/d 1993 turut serta merancang penataan musik sejumlah repertoar tari garapan Bagong Kussudiardjo, musik untuk upacara pembukaan-penutupan Pesparawi di Kalimantan Tengah ia juga menggarap musik pentas teater Pak Kanjeng.
Tahun 1993-1995 bersama Novi Budianto menggarap komposisi musik untuk mengiringi pembacaan puisi Emha Ainun Nadjib, melalui kehangatan komunitas Pak Kanjeng. Tahun 1996, ia berkolaborasi dengan Aminoto Kosim menggarap komposisi musik untuk acara Dua Warna, di RCTI.
Penerima penghargaan Piala Vidia Festival Sinetron Indonesia sebagai Penata Musik Terbaik (1995) ini, kerap menggarap illustrasi musik untuk sejumlah film dan sinetron, dan bekerjasama dengan seniman lain untuk penataan musik, N. Riantiarno, Sardono W Kusumo, Sentot Sudiarto, Teguh Karya, Slamet Rahardjo Djarot, Garin Nugroho, Ucik Supra, Sukardji Sriman, H Sudjiwo Tedjo, Didi Petet, dll. Tahun 1995 dinobatkan sebagai pemusik kreatif oleh PWI cabang Yogyakarta.
Karya-karya Djaduk mencerminkan sosok kesenian yang sedang berubah. Sebuah peradaban yang sedang mrungsungi, kisruh, tawuran, amuk, sukar diperhitungkan. Membingungkan, tak mudah ditelisik anatomi problematiknya. Penuh prasangka dan menengangkan, tapi enak dilakoni, karena segalanya menjadi niscaya untuk dinisbikan. Tak ayal, Djaduk Ferianto adalah salah satu seniman kita yang produktif saat ini. Telah menciptakan sejumlah karya baru dalam berbagai bentuk dan media ekspresi.
Bersama kelompoknya dikenal mampu mendialogkan dan mencampuradukan berbagai alat dan benda sebagai instrumen musik. Banyak memproduksi komposisi musik dari yang kontemporer sampai populer. Album rekamannya banyak, baik bersama Kua Etnika maupun Sinten Remen, dua kelompok musik yang dipimpinnya. Juga sering terlibat dalam produksi sinetron dan film sebagai penata musik. Kadang jga ikut bermain. Meski frekuensi tampil di Jakarta sangat tinggi, Djaduk dan kelompoknya menetap di Yogyakarta.
Artist descriptions on Last.fm are editable by everyone. Feel free to contribute!
All user-contributed text on this page is available under the Creative Commons Attribution-ShareAlike License; additional terms may apply.